Curhat Seorang teman : "Aku Dilahirkan Sebagai Orang Miskin"

Aku miskin mungkin benarlah begitu adanya dan kenyataannya aku yang lahir tanpa akte ini memiliki orang tua yang miskin juga dalam arti yang sebenarnya dan punya mbah yang hidupnya melarat pula.
Secanggih apapun aku membayangkan diriku kaya dalam mimpi-mimpi itu masih terlalu sukar untuk menciptakan pagi musim semi untukku karena akhirnya hanya ruang sempit, kumuh dan tragislah yang menyambut pandangan mataku saat membuka mata pada pagi hari.
Pagi-pagi ceria anak TK aku habiskan dijalanan, menari-nari bersama gemericik pipih tutup botol juga sengatan matahari yang terik diatas kepalaku dan terkadang umpatan para pengemudi mobil mewah memberikan warna yang berbeda dalam siangku ini. Tak banyak yang kuterima untuk itu semua, upah bersih yang diberikan Tuhan untukku pun terkadang hanya mampu untuk membayar gethuk yang mengganjal perutku siang ini, namun syukurlah nyawa ini masih lekat pada jasadku walaupun bayaran untuk keringatku hari ini sering tamat dipalak preman yang tadinya mengancam untuk menggorok leher kurusku ini.
Belum lagi sesampainya dirumah, mungkin juga tak marah diriku jika ada orang kaya yang menyebutnya kandang karena memang begitu adanya, banyaknya persoalan hidup yang ibu bapakku terima mereka jadi terlampau sering membasmi rasa nyamanku dengan sumpah serapah berbonus tamparan jika aku pulang hanya membawa badan saja dan bapak tak begitu bagus dalam mengais sampah yang sudah menjadi pekerjaan pokoknya dalam 15 tahun ini belum lagi saudara-saudaraku yang lainnya juga yang membuat hidup mereka semakin tragis saja.
Aku anak keempat dari enam bersaudara, yang tertua merantau entah kemana, yang kedua perempuan, terakhir aku bertemu dengannya kurasa hidupnya telah jauh lebih baik itu terlihat dari pakaian mini mahal make up berkilau sama seperti BB yang tak pernah lepas dari genggamanya namun entah ia kerja dimana karena akupun tak terlalu lihai membaca jeritan-jeritan tangis  ibu yang mengantarkan langkah gemulai kakak perempuanku itu pergi lagi dan hingga sekarang tak pernah lagi kembali, kakak ketigaku ini yang lucu suka sekali keluar masuk penjara dan menggambar permukaan kulitnya dengan gambar wanita tanpa busana ah aku suka sekali dengan gambar itu dan sering kupelototi saat ia terkapar karena mabuk, hanya saat itu karena untuk saat-saat lainnya aku takut digampar, aku juga punya adik yang baru lahir tahun lalu wajahnya sangat mirip denganku, dengan bapak atau dengan ibu, yah adikku sepertinya mewarisi wajah kemiskinan yang kami miliki.
Aku tidak takut pada kegelapan atau cerita seram tentang komplek makam tempat tante banci mangkal aku hanya takut pada orang-orang berpakaian coklat muda yang selalu mengejarku dan penghuni jalanan lainnya sambil membawa pentungan dan tak segan menyeret kami jika kami tertangkap, aku kasihan pada wanita-wanita jadi-jadian yang biasa mangkal dikuburan karena ia tak dapat lari secepat kaki-kaki kecilku merajai barisan nisan, aku jadi gemetaran sendiri ketika sayup-sayup terdengar banci-banci itu menjerit dalam rontanya aku masih belum tahu oleh orang-orang itu mereka diangkut kemana. Terakhir ini mengenai temannku yang mati tenggelam ketika mencoba kabur dari kejaran orang-orang itu padahal ketika sorenya aku dan dia masih ngamen bersama dilampu merah dan melahap bersama nasi bungkus berlauk sambal yang kami beli namun sekarang kurasa ia tak lagi dapat menemaniku melahap nasi bungkus saat ramai orang-orang mengangkat tubuhnya yang mengambang tersangkut diantara tumpukan sampah disungai dua hari kemudian, kulihat senyum masih tersisa pada diamnya tetapi sedikit senang aku karena iaterlihat tak lagi kurus sepertiku.
Temanku tinggal satu sekarang seorang loper koran yang sesekali juga menjual es jeruk, ia amat baik dan cerdas karena mengajariku pelajaran sekolahan sehingga walau tak sedetikpun sempat menikmati pendidikan disekolahan aku bisa membaca dan berhitung, wawasannya juga luas karena ia juga yang memberitahuku presiden amrik itu adalah Obama dan bapak presiden Republik Indonesia adalah SBY dan karenanya pula aku suka sama SLANK, dan paling aku suka saat ia bernyanyi dengan tangan terjulur ke atas dan dua jarinya tidak ia lipat seperti ketiga jari lainnya sambil berteriak PISSS !!! .
Itu hari-hariku terkadang aku merasa salah jika bermimpi indah tentang nasibku yang berubah karena diantara nada-nada abstrak gemericik pipih tutup botol disitulah tempatku hidup, tempat dimana tak ada lagi kesempatan untuk meratapi keadaan ini seburuk apapun hidup ini, sepanas apapun sengatan matahari mengebiri kepalaku, sekencang apapun jeritan ibu dan wanita-wanita dikuburan itu, kaki-kaki ini akan terus kulangkahkan dan berusaha tetap bertahan hidup, jikalau matipun aku tak ingin mengambang diantara tumpukan sampah, digorok preman atau ditabrak lari oleh mobil mewah. ah Tuhanku permintaan ini tak begitu sulit bagiMU bukan….??
Namun pagi ini semua tak seperti biasanya, aku tak lagi bangun ditempat yang sempit, kumuh dan tragis karena ranjang ini begitu empuk untuk ragaku yang lelah karena semalam berbelanja baju-baju bagus dan juga kekenyangan karena banyak makan ayam kentaki ah padahal semalam aku tak lagi berjalan kaki seperti biasanya tetapi naik mobil bagus yang suaranya halus sekali, orang yang mengajakku alangkah baik seperti malaikat saja terlampau dimanjanya aku sampai-sampai aku lupa berterima kasih pada mereka. Sesungguhnya aku tak dilahirkan sebagai orang miskin ternyata. Aku turun dari ranjang dengan malas-malas, diluar aku mendengar mereka berbincang sayup-sayup namun cukup jelas,
“ anak itu belum bangun juga ya!!??”
“biarkan saja, biar agak berisi anak itu toh mereka juga akan membayarnya dengan harga yang mahal…….!”
“…….cepat siram anak itu sebentar lagi ia dijemput…!!!!!”
……..
Seketika darahku terhenti dileher……

2 komentar: